Legenda Beast Of Gévaudan
Tuesday, April 2, 2019
Edit
Beast of Gévaudan yaitu nama historis yang dikaitkan dengan serigala abu-abu, anjing atau wolfdog pemakan insan yang meneror bekas provinsi Gévaudan di pegunungan Margeride, di Perancis selatan-tengah antara tahun 1764 dan 1767.
Nama lain Beast of Gévaudan termasuk La bête du Gévaudan (Perancis), La Bèstia de Gavaudan (Bahasa Occitan), dan Wolf of Chazes.
Serangan-serangan itu mencakup area yang membentang 90 sampai 80 km, dan dikatakan dilakukan oleh binatang buas yang mempunyai gigi yang berpengaruh dan ekor besar berdasarkan para saksi mata kontemporer.
The Beast of Gevaudan, serigala seukuran anak sapi pemakan insan (1764) |
Para korban sering dibunuh dengan tenggorokan yang telah terkoyak. Kerajaan Perancis memakai sejumlah besar tenaga dan uang untuk memburu binatang ini, termasuk sumber daya dari beberapa bangsawan, tentara, warga sipil, dan sejumlah pemburu kerajaan.
The Beast of Gevaudan dalam gambaran werewolf (France ca.1414) |
Jumlah para korban berbeda berdasarkan sumbernya. Pada tahun 1987, satu studi memperkirakan ada 210 serangan ; mengakibatkan 113 final hidup dan 49 luka-luka; 98 dari korban yang tewas sebagian dimakan olehnya.
Namun, sumber lain mengklaim makhluk itu membunuh antara 60 dan 100 orang cukup umur dan anak-anak, serta melukai lebih dari 30 orang.
Kisah ini mempunyai efek budaya yang mendalam pada penggambaran insan serigala (werewolves).
Sebagai contoh, gagasan bahwa insan serigala rentan terhadap peluru perak kemungkinan berasal dari klaim Jean Chastel bahwa ia membunuh serigala itu (yang diduga sebagai insan serigala) dengan peluru yang ditempanya dari perak.
Deskripsi Beast of Gévaudan bervariasi, tetapi umumnya dikatakan terlihat menyerupai serigala sebesar anak sapi atau kuda.
Makhluk ini mempunyai kepala menyerupai anjing besar dengan pendengaran lurus kecil, dada lebar, dan lisan besar yang memperlihatkan giginya yang sangat besar. Bulunya dikatakan berwarna coklat muda tetapi punggungnya bergaris-garis dengan warna hitam.
Ilustrasi salah satu monster Gévaudan, lukisan kala ke-18 karya A.F. of Alençon |
Sejarah awal
Beast of Gévaudan melaksanakan serangan pertamanya pada awal ekspresi dominan panas tahun 1764. Seorang perempuan yang merawat ternak di hutan Mercoire akrab Langogne, cuilan timur Gévaudan, melihat monster itu tiba kepadanya.
Namun, ada kawanan sapi jantan yang menyerang monster itu, menjaganya tetap berada di sana. Mereka kemudian mengusirnya sesudah diserang untuk kedua kalinya.
Serangan Beast of Gévaudan di tahun 1764 oleh Sekolah Perancis |
Tak usang kemudian, korban resmi pertama makhluk itu dicatat ; Janne Boulet yang berusia 14 tahun tewas di akrab desa Les Hubacs akrab kota Langogne.
Ilustrasi kontemporer memperlihatkan serangan Beast of Gévaudan |
Selama bulan-bulan berikutnya di tahun 1764, lebih banyak serangan dilaporkan di seluruh wilayah ini.
Teror itu segera menyerang penduduk lantaran makhluk itu berulang kali memangsa pria, perempuan dan bawah umur lantaran mereka memelihara binatang ternak di hutan di sekitar Gévaudan.
Laporan mencatat bahwa makhluk itu hanya menargetkan kepala dan kawasan leher korbannya.
Pada final Desember 1764, rumor mulai beredar bahwa serangan-serangan ini dilakukan oleh sepasang monster. Ini lantaran ada begitu banyak serangan dalam waktu singkat, banyak yang sepertinya dicatat dan dilaporkan pada waktu bersamaan.
Beberapa catatan kontemporer memperlihatkan bahwa makhluk itu telah terlihat dengan binatang lain, sementara yang lain menganggap makhluk itu bersama anak-anaknya.
Pada 12 Januari 1765, Jacques Portefaix dan tujuh temannya diserang oleh makhluk itu. Setelah beberapa serangan, mereka mengusirnya sesudah tetap tolong-menolong dalam kelompok.
Pertemuan itu balasannya menerima perhatian Louis XV yang menawarkan 300 livre ke Portefaix dan 350 livre lain untuk dibagikan ke teman-temannya. Raja juga mengarahkan bahwa Portefaix dididik dengan biaya negara. Dia kemudian tetapkan bahwa negara Perancis akan membantu menemukan dan membunuh makhluk itu.
Campur tangan kerajaan
Kapten pertama Duhamel dari kapal selam Clermont-Ferrand dan pasukannya dikirim ke Le Gévaudan.
Meskipun sangat bersemangat dalam usahanya, tidak ada kerjasama di pihak pengembala setempat, dan petani menghentikan upaya Kapten Duhamel. Pada beberapa kesempatan, beliau hampir menembak makhluk itu, namun terganggu oleh ketidakmampuan penjaganya.
Bekerja sama dengan d’Enneval mustahil lantaran keduanya sangat berbeda dalam seni administrasi mereka.
Kapten Duhamel mengorganisir kelompok sementara d’Enneval dan anaknya percaya makhluk itu hanya bisa ditembak memakai teknik secara sembunyi-sembunyi.
Ketika Louis XV baiklah untuk mengirim dua pemburu serigala profesional, Jean Charles Marc Antoine Vaumesle d'Enneval dan putranya Jean-François untuk tiba di Gévaudan, Kapten Duhamel harus mundur dan kembali ke markasnya di Clermont-Ferrand.
Keduanya tiba di Clermont-Ferrand pada 17 Februari 1765, membawa serta delapan anjing pelacak yang telah dilatih untuk berburu serigala. Selama empat bulan berikutnya, mereka berbulu serigala Eurasia yang dipercaya sebagai monster itu.
Namun, ketika serangan berlanjut, mereka diganti oleh François Antoine (Antoine de Beauterne) pada Juni 1765, satu-satunya pembawa arquebus (senapan kopak/senapan api awal) raja dan letnan dari perburuan yang tiba di Le Malzieu pada 22 Juni.
Pada 20 September 1765, Antoine membunuh serigala abu-abu besar setinggi 80 cm, dengan panjang 1,7 meter dan berat 60 kg.
Serigala itu diberi nama Le Loup de Chazes dan dikatakan berukuran cukup besar untuk ukuran seekor serigala.
Ukiran kala ke-18 dari François Antoine yang membunuh wolf of Chazes. |
Antoine secara resmi menyatakan :
"Kami menyatakan dengan laporan ini yang ditandatangani oleh tangan kami, kami tidak pernah melihat serigala besar yang sanggup dibandingkan dengan yang satu ini. Oleh lantaran itu, kami percaya ini bisa jadi makhluk seram yang mengakibatkan banyak kerusakan."
Serigala itu diidentifikasi sebagai makhluk yang mengakibatkan serangan di Gévaudan oleh orang yang selamat dari serangan, yang mengenali bekas luka di tubuhnya yang disebabkan oleh para korban yang membela dirinya sendiri.
Serigala yang ditembak oleh François Antoine pada 21 September 1765 yang ditampilkan di istana Louis XV |
Serigala itu dikirim ke Versailles di mana putra Antoine, Antoine de Beautene diterima sebagai pahlawan. Antoine tinggal di hutan Auvergne untuk mengejar betina dan dua anaknya yang sudah cukup umur dari serigala itu.
Antoine berhasil membunuh serigala betina dan anaknya, yang sepertinya sudah lebih besar dari induknya. Pada investigasi anak tersebut, sepertinya ia mempunyai sepasang cakar ganda yang merupakan kelainan bebuyutan yang ditemukan di ras anjing Bas-Rouge atau ‘Beauceron’.
Anak yang lain ditembak dan diyakini dibunuh ketika mundur di antara bebatuan. Antoine kembali Paris dengan mendapatkan sejumlah besar uang (lebih dari 9.000 livre) serta ketenaran, gelar dan mendapatkan penghargaan.
Namun, pada 2 Desember 1765, monster itu menyerang dua anak laki-laki (berusia 6 dan 12 tahun). Makhluk itu mencoba menangkap yang termuda tetapi ia berhasil melawan, dan membiarkan anak berusia 6 tahun untuk pergi ketika anak yang lebih renta melawannya.
Segera sesudah itu, serangan yang berhasil terjadi dan beberapa gembala menyaksikan bahwa pada ketika ini, atau makhluk ini, tidak memperlihatkan rasa takut di sekitar ternak sama sekali.
Lebih banyak final hidup dilaporkan mengikuti serangan di akrab La Besseyre-Saint-Mary.
Serangan terakhir
Tewasnya makhluk itu, sekaligus menjadi final bagi serangan yang terjadi, dikreditkan kepada pemburu lokal berjulukan Jean Chastel yang menembaknya di lereng Gunung Mouchet (la Sogne d’Auvers), selama perburuan yang diselenggarakan oleh aristokrat lokal, Marquis d'Apchier, pada 19 Juni 1767.
Abbé Fabre mencetak ulang PV di mana dinyatakan bahwa Chastel menembak makhluk itu dengan peluru kaliber besar dan campuran chevrotine yang dibentuk sendiri dengan perak.
Makhluk itu kemudian dibawa ke kastil Marquis d’Apchier di mana itu kemudian diambil oleh dr. Boulanger, spesialis bedah di Saugues.
Laporan necropsy (pembedahan mayat) ditranskripkan oleh notaris Marin, dan oleh lantaran itu disebut "Marin Report". Setelah dibuka, perut makhluk itu terbukti mengandung sisa-sisa korban terakhirnya.
Patung perlawanan Marie-Jeanne Valet terhadap serangan Beast of Gévaudan |
Menurut kisah itu, Marie-Jeanne Valet sedang menyeberang di antara anak sungai melalui kawasan berhutan kecil ketika beliau berbalik dan menemukan monster itu berada sempurna di belakangnya.
Saat monster bersiap menyerang, perempuan muda itu menusukkan tombak buatannya yang ia bawa ke dadanya. Terluka namun tidak mati, monster itu mengangkat kaki ke lukanya, menangis dengan keras, dan kemudian berguling ke perairan sungai.
Patung itu diciptakan pada tahun 1995 oleh Philippe Kaeppelin untuk mengenang keberanian Marie-Jeanne Valet muda.
Teori Beast of Gévaudan
Penduduk setempat percaya bahwa makhluk itu yaitu werewolf (manusia serigala) atau lebih lebih khusus lagi, seorang dukun yang berubah bentuk menjadi predator mengerikan untuk memakan daging manusia.
Spekulasi menyampaikan bahwa itu yaitu hyena yang dilatih oleh Chastel, tetapi ini tidak sesuai dengan logika atau deskripsinya.
Berdasarkan deskripsinya yang sangat bervariasi, menciptakan sebagian besar peneliti percaya bahwa setidaknya ada dua makhluk yang mengakibatkan kepanikan pada ketika itu.
Sebagian deskripsinya cocok dengan serigala, hyena dan panther (macan kumbang), dengan hyena mungkin yang paling cocok.
Jika Beast of Gevaudan yaitu spesies, atau subspesies baru, ada beberapa kemungkinan, termasuk beruang baru, kucing besar baru, semacam hyena Eropa prasejarah, atau sesuatu yang lebih eksotis.
Sebenarnya ada jenis binatang yang cocok dengan deskripsi Beast of Gevaudan, yaitu seekor Mesonycid yang terlihat menyerupai hyena sebesar seekor kuda, tetapi binatang ini sudah punah, dan hampir tidak bisa diperlukan bisa bertahan di Eropa.
Sebagian besar binatang mitos yang dianggap serius oleh cryptozoologist mempunyai semacam sejarah yang memperlihatkan bahwa mungkin ada populasi perkembangbiakan dari zaman purba.
Mungkin sepasang atau kawanan kecil ini bermigrasi ratusan mil dari suatu kawasan untuk mencapai Perancis, atau bahwa mereka secara diam-diam, atau secara sengaja diangkut oleh insan ke Perancis.
Alternatif lain menyampaikan bahwa makhluk-makhluk ini telah telah hidup secara rahasia di Perancis semenjak zaman purba tanpa menciptakan kemunculan pada dongeng rakyat setempat.
Menurut para ilmuwan modern, histeria publik pada ketika serangan terjadi membantu pada mitos yang tersebar luas bahwa makhluk supernatural berkeliaran di Gévaudan, namun final hidup yang dikaitkan dengan makhluk itu lebih mungkin dilakukan oleh sejumlah serigala atau sekawanan serigala.
Pada tahun 2001, naturalis Perancis, Michel Louis, mengusulkan bahwa anjing mastiff berwarna merah milik Jean Chastel yaitu monster itu dan ketahanannya terhadap peluru mungkin lantaran ia mengenakan pelindung berlapis baja dari babi hutan, sehingga mengakibatkan warna anjing itu menjadi tidak biasa.
Masalah serangan oleh serigala di tahun-tahun itu sangat serius, tidak hanya di Perancis tetapi di seluruh Eropa, dengan puluhan ribu final hidup di kala ke-18.
Berbeda dengan perkiraan terakhir, evaluasi berikut, berdasarkan penelitian historis Pierre Pourcher dan François Fabre, yang diterbitkan tahun 2016 oleh mammalogist di situs National Geographic Society :
(1) Dari tahun 1764 ke 1767, hanya ada beberapa serangan serigala pada insan di Gévaudan.
(2) Deskripsi dari beberapa serigala yang dipilih dan dibunuh secara semaunya diubahsuaikan sehingga mereka berafiliasi dengan deskripsi yang diberikan oleh para korban dan para pemburu makhluk itu.
(3) Banyak rincian wacana ukuran, penampilan, sikap dan kekuatan makhluk itu, diturunkan oleh saksi mata kontemporer, memungkinkan seseorang untuk mengidenfitikasi makhluk itu sebagai singa jantan belum cukup umur yang telah melarikan diri dari penangkaran.
Salah satu klaim baru-baru ini yaitu bahwa badan makhluk itu (yang ditembak François Antoine) bergotong-royong telah ditemukan di sebuah museum di Perancis dan studi menunjukkn bahwa itu bergotong-royong yaitu hyena coklat yang kini diyakini milik pemburu yang membunuhnya.
(Sumber : Beast of Gévaudan, Beast of Gevaudan)