Kasus Salah Tangkap Paling Parah Yang Pernah Dilakukan Cia
Wednesday, March 27, 2019
Edit
Sebagai salah satu forum Inteligen di Dunia, CIA sanggup dibilang mempunyai sarana, dana serta anggota dalam jumlah besar yang tersebar diseluruh dunia. CIA seharusnya sanggup meminimalisir kesalahan yang mereka buat, khususnya dalam menangkap tersangka masalah kriminal. Namun nyatanya forum Inteligen yang konon mengawasi seluruh negara di dunia ini sering kali menciptakan kesalahan ketika menangkap orang.
Parahnya lagi jumlah masalah salah tangkap ini terbilang cukup banyak, dengan korban yang harus menjalani sanksi penjara hingga bertahun-tahun bahkan ada yang hingga di aturan mati. Hal ini tentu menyalahi aturan paling dasar dari Hukum yang mengutamakan "asas praduga tak bersalah." Dalam aturan pidana bahkan ada sebuah adagium yang menyebutkan: "lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum satu orang yang tak bersalah."
Makara menghukum orang yang tak bersalah merupakan hal yang paling mengerikan, apalagi kalau itu hanya sebab alasan yang sepele. Berikut ini ialah beberapa kasus salah tangkap paling parah yang pernah dilakukan CIA..
Teroris Salad
Setelah insiden serangan 11 September, Amerika dilanda Paranoid berlebihna dengan orang beretnis Arab. Puluhan bahkan ratusan masalah salah tangkap mulai terjadi akhir stigma yang muncul terhadap kaum muslim yang ketika itu dianggap sebagai teroris. Banyak pihak yang berusaha memahami kesalahan CIA ini, namun sebelum masa ini nyatanya CIA telah melaksanakan beberapa masalah salah tangkap yang merenggut hidup banyak orang dan bahkan menghancurkan masa depan mereka.
Salah satu misalnya ialah yang terjadi pada Mophammed Al-Gharani, seorang sampaumur yang di tangkap CIA ketika masih berusia 14 tahun di Pakistan pada tahun 1999 yang lalu. Remaja ditangkap dan harus menjalani sanksi penjara selama 11 tahun di penjara Guantanamo hanya sebab salah paham soal kata yang ia ucapkan.
Kisah miris ini bermula ketika Gharani yang sedang berguru bahasa Inggris dan komputer di Pakistan ingin pulang ke Arab untuk bertemu orang tuanya. Saat melewati sebuah post investigasi di bandara ia ditanyai oleh seorang petugas apa saja yang ia bawa di tasnya, Gharani kemudian menyebutkan beberapa barang termasuk Zalat. Saat mendengar kata ini petugas tadi kemudian memanggil salah satu penterjemah CIA sebab tak memahani apa yang di maksud Gharani.
Sialnya penterjemah ini ternyata mempunyai logat yang berbeda dengan Gharani, penterjemah itu ternyata hanya memahami bahasa Arab dengan dialek Yaman, sedangkan Gharani memakai bahasa Arab dengan dialek Saudi. Sahabat duniafreak.blogspot.com dalam dialek Yaman, Zalat berarti "Uang" sedangkan apa yang dikatakan Gharani sesungguhnya ialah "Tomat" yang dalam dialek saudi di sebut Zalat.
Akibat kesalahan kecil ini, Gharani oleh CIA dikira sebagai pejabat keuangan Al Qaeda dan pribadi dimasukan ke penjara tanpa terlebih dulu melalui proses peradilan. Kasus ini kemudian dikenal sebagai "Teroris Salad" sebab seorang warga tak bersalah harus mendekam di penjara hanya sebab menyebutkan Tomat yang merupakan salah satu sayuran dalam salad.
Salah Tangkap Karena Nama Kota
Pada tahun 2002 yang lalu, seorang laki-laki Yaman berjulukan Emad Hassan yang tengah kuliah di Pakistan harus menghadai mimpi buruknya hanya sebab menyebutkan kota kelahiranya. Saat itu CIA yang memang tengah getol mencari teroris di Pakistan, sebab menggangap negara tetangga India ini sebagai basis transit bagi para teroris, melaksanakan beberapa investigasi terhadap mahasiswa luar negeri yang kuliah di Pakistan.
Salah satunya ialah Emad Hassan, ketika diperiksa Emad ditanyai wacana hubunganya dengan Al Qaeda dan apa ia tahu wacana kelompok teroris ini. Namun akhir penyebutan kata yang jelek dari petugas CIA, bukanyan mendengar kata Al Qaeda yang terdengar di indera pendengaran Hassan justru Al Qaidah yang ternyata merupakan kota kelahiranya. Sahabat duniafreak.blogspot.com mendengar pertanyaan ini Hassan tentu selalu mengangguk dan menjawab ia mengetahuinya.
Akibat kesalahan kecil ini, Hassan pribadi di jebloskan ke Guantanami dan dipenjara hingga 13 tahun. Baru pada tahun 2015, sesudah ada seorang pengacara yang mau membelanya Hassan berhasil bebas sesudah pengacra yang membelanya menunjukkan data dari Google Maps yang mencantumkan kota Al Qaidah yang ada di Yaman.
Salah Tangkap Karena Nama Yang Sama
Dengan jumlah penduduk dunia yang mencapai milyaran, tentu bukan hal yang asing kalau ada satu atau dua orang dengan nama yang sama. Tapi apa yang di alami oleh turis asal Jerman berjulukan Khaled El-Masri ini sanggup dibilang merupakan kesialan yang luar biasa.
Tanpa ia ketahui ternyata namanya sama dengan seorang teroris berbahaya yang sedang diburu CIA. Alhasil ketika El-Masri tengah berlibur di Makedonia pada tahun 2003 yang lalu, El-Masri tiba-tiba di tahan oleh polisi diam-diam dan diperiksa selama kurun waktu 23 hari. Sahabat duniafreak.blogspot.com sesudah investigasi ini, meski El-Masri terus menyangkal bahwa dirinya ialah teroris, ia kemudian justru diserahkan pada CIA yang kemudian menyiksanya. Oleh CIA El-Masri diterbangkan ke Afganistan untuk dimasukan kesebuah penjara diam-diam dimana ia harus mengalami pengalaman menerikan diperkosa berkali-kali oleh sipir.
Baru sesudah 4 bulan, CIA menyadari kekeliruan mereka yang telah menangkap seorang wisatawan yang tak bersalah. Namun bukanya meminta maaf CIA justru menerbangkan El-Masri ke Albania yang menurunkanya di sebuah jalan sepi dan meninggalkanya begitu saja.
Beberapa tahun kemudian El-Masri menuntut pemerintah Makedonia dan CIA atas pengalaman mengerikan yang harus ia alami. Tapi hingg ketika ini El-Masri tetap tak mendapat undangan maaf baik CIA maupun Pemerintah Makedonia.
Tak Bisa Membedakan Wajah Orang
Medhanie Yehdego Mered merupakan salah satu penyelundup insan kelas kakap yang beroperasi di bahari tengah. Mered yang merupakan orang dibalik tewasnya 360 migran di lepas pantai Italia pada tahun 2013 yang kemudian sesudah kapal yang dipakai untuk meyelundupkan mereka tenggelam. Sejak insiden ini Mered menjadi salah satu buron paling dicari di Italia dan dengan pertolongan CIA oada tahun 2016 yang kemudian mereka mengumumkan telah berhasil menangkap Mared di Eritrea.
Namun sayangnya tersangka yang mereka terbangkan pribadi dari Eritea ini ternyata bukanlah Mered, melainkan seorang buruh tani yang berjulukan Medhanie Tesfamariam Berhe. Kesalahan ini gres mereka sadari sesudah istri Mered sama sekali tak mengenali laki-laki yang gres saja di bawa ke Italia tersebut. Parahnya lagi sesudah dinyatakan tertangkap ternyata akun Facebook milik Mered terus menampilkan foto dirinya sedang berpesta pora, padahal ia sedang "ditahan".
Rupanya pihak CIA melaksanakan kesalahan ketika tak sanggup membedakan muka dari Mered dan Berhe dan memutuskan untuk melaksanakan tes bunyi para Berhe. Sahabat duniafreak.blogspot.com dari tes bunyi inilah kemudian mereka mengambil keputusan bahwa Berhe ialah Mered.
Salah Tangkap Karena Karena Konspirasi
Membuat seorang tersangka kejahatan untuk mengaku bukanlah hal yang mudah. Karena itu kadang ada beberapa okmun yang melaksanakan "perjanjian rahasia" dengan tersangka semoga mau mengaku dengan iming-ming pengurangan hukuman. Sahabat duniafreak.blogspot.com hal ini sesungguhnya menyalahi hukum, namun cukup sering dilakukan semoga sebuah masalah cepat selesai. Sayangnya tak jarang perjanjian ini justru menyeret orang tak bersalah ke jeruji besi bahkan hingga tiang gantungan.
Seperti yang terjadi pada Jack Alderman, laki-laki tak bersalah ini harus mendapat cap sebagai predator dan mendapat sanksi mati pada tahun 2008 yang kemudian sesudah dituduh membunuh istri dan anaknya. Padahal dari bukti forensik yang ada di TKP dan dugaan motif semuanya sama sekali tak ada yang menandakan Jack membunuh keluarganya.
Jack harus menjadi pesakitan justru sebab kesaksian tersangka yang sesungguhnya yaitu John Brown. Lelaki yang membunuh keluarga Jack ini dikenal sebagai pedofil yang telah melaksanakan serangan seksual terhadap belum dewasa dan wanita. Brown yang awalnya sudah mengaku membunuh keluarga Jack tiba-tiba mengubah kesaksianya dengan mengaku bahwa Jack yang mengajaknya untuk membunuh.
Berubahnya kesaksian Brown ini rupanya merupakan hasil perjanjian yang dilakukan oleh seorang jaksa penuntut dan CIA semasa masa penahanan untuk mempercepat penyidikan. Saat itu Brown ditawari untuk mengaku dengan iming-iming pengurangan hukuman, namun siapa sangka kalau laki-laki ini justru menhelabui Jaksa dan CIA dengan berbalik menuduh Jack. Dengan perjanjian ini Brown karenanya hanya di mendapat sanksi selama 12 tahun, sedangkan Jack yan tak bersalah justru dijatuhi sanksi mati.
Kebenaran ini karenanya terkuak, sesudah Brown yang terus melaksanakan kejahatan seksual sesudah bebas dari penjara kembali tertangkap. Pria bejat ini kemudian mengakui segala konspirasi yang ia lakukan pada Jack dalam pengadilan, tapi sayangnya hal ini sudah terlambat sebab Jack Aldeman sudah lebih dulu dihukum mati memakai suntikan oleh negara penggalan Georgia, pada tahun 2008.
Referensi:
https://www.liputan6.com/global/read/2838907/10-korban-salah-tangkap-disiksa-cia-hingga-dieksekusi-mati
https://en.wikipedia.org/wiki/Mohammed_el_Gharani
https://www.theguardian.com/law/2018/apr/11/medhanie-yehdego-mered-people-smuggler-italians-claim-jailed-seen-uganda