Legenda Mongolian Death Worm
Monday, April 8, 2019
Edit
Mongolian death worm (cacing selesai hidup Mongolia), atau dalam sebutan lain disebut sebagai Olgoi-Khorkoi yang berarti "cacing usus besar", ialah makhluk yang digambarkan sebagai cacing besar berukuran sekitar 2 hingga 7 kaki (60cm - 2 meter), yang hidup di Gurun Gobi.
Mongolian death worm dikatakan menghuni bab barat atau selatan Gurun Gobi. Dalam buku Altajn Tsaadakh Govd (1987), Ivan Mackerle menggambarkannya sebagai binatang bawah tanah, dan terkadang membuat gelombang pasir di permukaan yang memungkinkannya terdeteksi dari luar tanah.
Orang-orang Mongolia menyampaikan bahwa cacing ini sanggup membunuh mangsanya dari jarak jauh, entah itu dengan menyemprotkan racun, atau dengan cara mengeluarkan semacam anutan listrik.
Mereka juga menyampaikan bahwa cacing ini berhibernasi sepanjang tahun, kecuali bulan Juni dan Juli (Pada bulan ini mereka sedang aktif).
Cacing ini paling sering tiba ke permukaan ketika sedang hujan atau tanah dalam keadaan basah.
Banyak penduduk setempat telah melihat cacing mematikan ini ketika dalam keadaan tersebut, dan mereka percaya bila seseorang berada di dekatnya, cacing ini akan mengeluarkan semacam kejutan listrik.
Penduduk setempat mengklaim bahwa cacing ini sanggup ditemukan di sekitar tanaman berbentuk gila berjulukan Goyo plants.
Menurut legenda, Cacing ini sangat ditakuti oleh penduduk setempat, alasannya ialah sanggup membunuh dengan cara yang mengerikan.
Termasuk menyemprotkan racun korosif (asam) yang mematikan, dan konon sanggup menyetrum korban dari kejauhan.
Ketika cacing ini akan menyerang, beliau akan menaikan separuh tubuhnya dari pasir dan mulai mengembang, kemudian melepaskan racun mematikan di seluruh badan korban. Racunnya sangat berbisa sehingga korbannya akan pribadi mati.
Pengembara asal Mongolia percaya bahwa cacing raksasa ini menutupi mangsanya dengan zat asam yang mengubahnya menjadi warna kuning berkarat. Cacing ini sering memangsa binatang ternak, khususnya seekor unta dan terkadang menyerang manusia.
Pada tahun 1922, Perdana Menteri Mongolia, Damdinbazar menggambarkan cacing ini sebagai : "Makhluk berbentuk sosis dengan panjang 60 cm, tidak mempunyai kepala atau kaki, sangat beracun bila disentuh dan tinggal di bab terpencil Gurun Gobi."
Salah satu detektif Loch Ness Monster terkemuka, Ivan Mackerle, mempelajari wilayah penampakan dan mewawancarai penduduk setempat mengenai cacing tersebut.
Karena banyaknya penampakan dan kasus selesai hidup yang aneh, beliau menyimpulkan bahwa Mongolian death worm lebih dari sekedar legenda.
Ivan Mackerle |
Menurut mahir biologi Inggris, Karl Shuker dalam bukunya berjudul The Unexplained: An Illustrated Guide to the World's Paranormal Mysteries, beliau menyampaikan bahwa salah satu makhluk paling sensasional di dunia sanggup di sembunyikan di tengah pasir Gurun Gobi Selatan.
Makhluk ini dikatakan mirip cacing lemak besar, panjangnya sekitar 1 meter dan berwarna merah tua, dengan semacam ujung runcing pada mulutnya.
Makhluk ini menghabiskan sebagaian besar waktunya bersembunyi di bawah gurun pasir, tapi ketika makhluk ini terlihat tergeletak di permukaan, itu sangat dihindari oleh penduduk setempat.
Penampakan pertama dari cacing ini berasal dari tahun (1926-1927), oleh mahir Paleontologi Amerika berjulukan Roy Chapman Andrews. Dia tidak percaya bahwa yang beliau lihat ketika itu ialah bab ekor dari makhluk tersebut, dan penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui jenis makhluk tersebut.
Roy Chapman Andrews |
Ahli paleontologi Amerika tidak diyakinkan oleh dongeng perihal monster yang beliau dengar di sebuah pertemuan para pejabat Mongolia:
"Tidak seorang pun dari mereka yang pernah melihat makhluk itu, tapi mereka semua benar-benar percaya akan keberadaannya dan menggambarkannya dengan teliti."
Pencarian lainnya dilakukan antara tahun 1946 hingga 1949, di mana mereka pergi lebih jauh lagi untuk mengetahui letak keberadaan cacing ini dan juga membandingkan penampakan yang mereka alami dengan klarifikasi oleh penduduk setempat.
Yuri Oslov menyampaikan bahwa beliau pernah melihat dan menyaksikan makhluk dengan deskripsi mirip itu.
Pada selesai tahun 90-an, Ivan Mackerle melaksanakan banyak ekspedisi di Gurun Gobi dengan impian sanggup melihat cacing mematikan ini, walaupun hanya sekilas.
Ekspedisinya menghasilkan sesuatu yang menurutnya positif untuk menemukan keberadaan cacing mematikan tersebut.
Dr. Jada Prokopec dan Ivan Mackerle dalam pencariannya di Gurun Gobi |
Cerita lainnya yang cukup populer di kalangan pengembara ialah ketika seorang anak pria yang konon diikuti oleh cacing mematikan ini dan mayatnya di temukan di akrab rumahnya.
Dipercaya bahwa beliau mati ketika menyentuh cacing tersebut.
Melihat sebuah jejak di pasir, keluarga anak pria tersebut pergi untuk membalaskan dendam kepada binatang yang telah menyebabkan anaknya tewas, namun keluarga tersebut pada karenanya tidak pernah kembali.
Seorang mahir cryptozoology, Richard Freeman melaksanakan ekspedisi pada tahun 2005 untuk mengetahui apakah cacing mematikan tersebut memang berada di Mongolia.
Mereka menemukan bahwa seluruh desa telah bergeser atau berpindah dari posisi sebelumnya, ketika penduduk desa tersebut mendengar perihal penampakan munculnya seekor binatang berbisa.
Richard Freeman |
Dalam salah satu ekspedisi Freeman, juru bahasa lokal mereka, telah menceritakan insiden yang menimpa tim ekspedisi lain yang mengunjungi desa Suji.
Salah satu dari mereka menusuk pasir dengan memakai batang besi, sesaat kemudian beliau ditemukan tewas. Yang lainnya mencicipi guncangan di tanah, kemudian melihat sesuatu yang keluar dari pasir, mereka pun berlarian alasannya ialah ketakutan.
Pada tahun yang sama, sebuah ekspedisi dari Center For Fortean Zoology melintasi seribu mil dari Gobi mengikuti jalur yang diduga berasal dari cacing tersebut.
Mereka menyimpulkan bahwa makhluk itu mungkin sejenis kadal cacing yang besar.
Serial televisi reality show "Destination Truth" melaksanakan ekspedisi dari tahun 2006-2007.
Seorang reporter asal Selandia Baru, David Farrier dari TV3 News, ikut serta dalam sebuah ekspedisi pada tahun 2009, namun tidak membuahkan hasil.
Dia setidaknya telah melaksanakan wawancara dengan penduduk setempat yang mengaku telah melihat cacing tersebut dan menyebutkan bahwa penampakan cacing ini memuncak pada tahun 1950an.
Selama tahun 2013, beberapa penampakan Mongolian death worm sempat tertangkap kamera. Namun, orang-orang percaya bahwa itu hanya cacing biasa, warnanya pun tidak berwarna merah, mirip citra dari Mongolian death worm.
Berbagai klarifikasi telah dikemukakan untuk mengetahui jenis cacing ini, termasuk kemungkinan bila cacing ini ialah sejenis ular berbisa, kadal, ular boa pasir, dan kadal cacing.
Jenis binatang yang mendekati dengan Mongolian death worm mungkin ialah ular boa pasir dan kadal cacing.
Ular Boa Pasir |
Kadal Cacing |
Namun, yang membingungkan ialah pernyataan bahwa cacing ini mengeluarkan racun korosif (asam).
Menurut beberapa orang yang telah melaksanakan penelitian terhadap cacing ini, beropini bahwa pernyataan tersebut hanyalah dongeng yang sengaja dibentuk dan dibesar-besarkan, semoga penduduk merasa ketakutan dan menjauhi binatang ini.
Kisah Mongolian death worm pernah diangkat ke dalam film layar lebar dan beberapa program televisi, mirip pada film Mongolian death worm tahun 2010.
Serial Beast Hunter, yang dibintangi oleh Pat Spain di National Geographic Channel, menampilkan sebuah episode perihal pencarian keberadaan makhluk tersebut.
Cacing ini muncul sekilas dalam film terakhir The Hobbit, dengan sebutan "Were-worms". Tolkiens secara khusus menghubungkan monster ini dengan cacing besar Gurun Gobi.
Di film Tremors, musuh utama dalam film ini didasarkan pada makhluk cryptid yang dijuluki Mongolian death worm.
Menurut kabar yang beredar, banyak dari penduduk yang percaya pada makhluk itu, mengakui bahwa tidak ada bukti berpengaruh perihal keberadaanya, namun mereka percaya bahwa legenda dan dongeng mereka itu, niscaya mempunyai dasar kebenaran sejarah terdahulu.
Dengan tidak adanya bukti foto, ataupun bangkai dari cacing ini, memperkuat bukti bahwa keberadaan cacing ini hanyalah sebuah legenda, yang diceritakan secara turun-menurun, sehingga legenda tersebut menyebar ke seluruh wilayah dan menjadi terkenal.
(Sumber : Wikipedia)