Legenda Orang Pendek - Dunia Freak -->

Legenda Orang Pendek


Orang Pendek, atau juga dikenal sebagai Uhang Pandak (dari bahasa Kerinci lokal), yaitu makhluk bipedal mirip simpanse yang dilaporkan menghuni hutan terpencil dan wilayah pegunungan di pulau Sumatra.

Orang pendek biasanya dilaporkan sebagai makhluk mirip primata setinggi 3-5 kaki (90cm - 1,5 meter), mempunyai bulu pendek berwarna abu-abu, atau hitam, dan terkadang berwarna kemerahan. Berkaki pendek dengan lengan panjang yang kuat.

Deskripsi lainnya menggambarkan makhluk ini mempunyai bulu berwarna coklat keemasan, kuning atau orange, sehingga timbul dugaan bahwa yang mereka lihat mungkin seekor orangutan.

Ilustrasi Orang Pendek

Makhluk itu berjalan tegak dengan kedua kakinya (bipedal), dan tergolong omnivora, walaupun sebagian besar bersifat herbivora.

Ilustrasi Orang Pendek

Menurut penduduk desa kerinci, Orang Pendek mempunyai kekuatan yang luar biasa, sehingga sanggup mencabut pohon-pohon kecil dan menghancurkan tanaman rotan.

Buah yang diduga telah dimakan oleh Orang Pendek

Seorang peneliti Orang Pendek terkemuka berjulukan Debbie Martyr, telah bekerja di daerah tersebut selama lebih dari 15 tahun, dan telah mewawancarai ratusan saksi. 


Dia mengklaim telah melihat makhluk (atau hewan) itu secara pribadi dalam beberapa kesempatan.

Dia menunjukkan deksripsi mengenai Orang Pendek, sebagai berikut :

"Biasanya tingginya tidak lebih dari 85 atau 90cm, meskipun terkadang yang terbesar berukuran 1,2 meter. Tubuhnya ditutupi lapisan abu-abu gelap atau hitam dengan rambut berwarna abu-abu. Bahu mereka lebar, dada serta perut bab atas besar, dan lengannya kuat." 


"Hewan itu sangat kuat, penduduk desa menyampaikan bahwa mereka sanggup mencabut pohon-pohon kecil, bahkan menghancurkan tanaman rotan."

"Kakinya pendek dan ramping. Telapak kakinya higienis dan kecil, biasanya sanggup terbalik hingga sudut 45 derajat. Lekukan kepala berjambul mirip gorila, dan tampak mempunyai tonjolan tulang di atas matanya." 


"Mulutnya kecil. Kedua matanya terpisah jauh, dan hidungnya terang sejenis humanoid. Ketika ketakutan, binatang ini akan menunjukkan gigi-giginya, menampakkan gigi seri yang aneh dan gigi taring panjang yang sanggup terlihat dengan jelas."

Penampakan yang dialami oleh penduduk setempat sering terjadi di lahan pertanian yang berada di tepi hutan, di mana Orang Pendek selalu terlihat berjalan melalui ladang dan merampas hasil panen, terutama jagung, kentang, dan buah-buahan.

Penduduk setempat yang berpengalaman di hutan, mengklaim bahwa Orang Pendek akan mencari banyak sekali tanaman atau makanan mirip akar jahe, tanaman yang dikenal oleh penduduk lokal sebagai "pahur" atau "lolo, tunas muda, serangga di batang kayu yang telah membusuk dan kepiting sungai. 


Dikatakan juga bahwa makanan favorit Orang Pendek yaitu buah durian.

Suku Kubu, atau juga dikenal sebagai Suku Anak Dalam atau Orang Rimba, yaitu salah satu suku normadik yang telah hidup di sepanjang hutan-hutan di dataran rendah Jambi dan Sumatra Selatan.

Berdasarkan legenda suku Kubu, Orang Pendek telah menjadi bab dari dunia mereka yang telah menghuni hutan selama berabad-abad.

Penulis buku Hunting the Gugu, Benedict Allen, menulis bahwa kelompok orang ini (Suku Kubu) sering menyerahkan "persembahan" tembakau untuk menjaga, atau tetap menciptakan Orang Pendek bahagia.

Di Bukit Duabelas, Orang Rimba berbicara ihwal makhluk yang dikenal sebagai Hantu Pendek, yang penggambarannya sangat cocok dengan Orang Pendek. 


Bagaimanapun, Hantu Pendek lebih cenderung digolongkan sebagai makhluk mistik atau iblis, daripada seekor binatang.

Penduduk lokal setempat menjadi sumber pengetahuan dan gosip terbesar mengenai Orang Pendek, alasannya ratusan dari mereka mengaku telah melihat makhluk itu secara pribadi, ataupun mendengarkan cerita dari orang lain yang telah bertemu dengan makhluk tersebut.

Salah satu laporannya menyebutkan jikalau Orang Pendek mempunyai kaki yang terbalik, dan perilakunya mirip hantu.

Pada awal periode ke-20, pemukim Belanda mulai memperkenalkan cerita Orang Pendek di Sumatra kepada orang-orang barat.

Seperti cerita yang dialami oleh Mr. Van Heerwarden, yang menjelaskan pertemuannya ketika ia sedang melaksanakan survei daratan pada tahun 1923, dan cerita dari Mr. Oostingh, yang melihat makhluk aneh itu ketika berjalan di hutan.

"Saya menemukan makhluk gelap dan berbulu pada sebuah cabang pohon, yang berbulu di bab depan tubuhnya. Warnanya tidak begitu gelap dibandingkan dengan bab belakangnya. Rambut yang sangat gelap di kepalanya, jatuh sempurna di bawah tulang belikatnya, atau bahkan hampir hingga di bab pinggangnya." 


"Lengannya yang panjang hampir mencapai lutut bab atas, tapi kakinya agak pendek. Saya tidak melihat kakinya (telapak kakinya), tapi saya melihat beberapa jari kaki yang bentuknya sangat normal. Tidak ada yang menjijikkan atau buruk pada wajahnya, (makhluk) itu juga tidak mirip kera," Tulis Van Heerwarden.


"Saya melihat bahwa makhluk itu berambut pendek, atau dipotong pendek. Saya tiba-tiba menyadari bahwa lehernya sangat bergairah dan kotor. Tubuhnya sebesar ukuran medium penduduk asli, dan mempunyai pundak persegi yang tebal, tidak miring sama sekali. Tingginya kira-kira setinggi saya. Lalu saya melihat bahwa itu bukanlah seorang pria. Itu juga bukan seekor orangutan." 


"Saya pernah melihat salah satu simpanse besar ini beberapa waktu sebelumnya. (Makhluk) itu lebih mirip siamang yang sangat besar, tetapi seekor siamang mempunyai rambut panjang, dan tidak diragukan lagi bahwa (makhluk) itu berambut pendek," Tulis Oostingh.


Debbie Martyr bersama dengan fotografer Inggris, Jeremy Holden, terlibat dalam proyek 15 tahun yang dibiayai oleh Fauna and Flora International, dimulai pada awal tahun 1990an. 


Ruang lingkup proyek tersebut yaitu mendokumentasikan laporan saksi mata mengenai makhluk tersebut, dan mencoba mendapat bukti keberadaaanya melalui metode perangkap kamera.

Mereka tidak berhasil mengambarkan keberadaanya, namun mereka berhasil mengumpulkan beberapa cetakan kaki yang kabarnya berasal dari Orang Pendek, dan mengklaim telah melihat makhluk itu secara pribadi pada beberapa kesempatan ketika tengah bekerja di hutan.




Dari tahun 2001 hingga tahun 2003, para ilmuwan menganalisis rambut dan cetakan kaki yang ditemukan oleh tiga laki-laki yaitu, Adam Davies, Andrew Sanderson dan Keith Towley, ketika mereka bepergian ke Kerinci.

Ahli biologi primata dari Universitas Cambridge, Dr. David Chivers, membandingkan cetakan tersebut dengan primata yang telah diketahui, maupun dari binatang lokal.

"Cetakan jejak kaki ini pastinya milik seekor simpanse dengan perpaduan unik antara siamang, orangutan, simpanse, dan manusia. Dari investigasi lebih lanjut, cetakan tersebut tidak sesuai dengan spesies primata yang telah diketahui, dan saya sanggup menyimpulkan bahwa (cetakan) ini mengarah kepada keberadaan primata besar yang tidak diketahui di hutan Sumatra," Ujarnya.


Seorang analisis rambut dari Australia, Hans Brunner, membandingkan sampel rambut itu dengan primata maupun binatang lokal lainnya, dan menyampaikan bahwa mereka (mungkin) berasal dari spesies primata yang tidak terdokumentasikan.

Sebuah proyek perangkap kamera yang dibiayai oleh National Geographic, dipimpin oleh Dr. Peter Tse dari Dartmouth College, berusaha mendokumentasikan foto Orang Pendek, namun harus berakhir pada tahun 2009 tanpa hasil apapun.

Saksi mata yang pernah melihatnya menggambarkan Orang Pendek sebagai spesies primata yang belum terdokumentasikan, sehingga muncul dugaan bahwa spesies hominin (kerabat akrab manusia) awal masih hidup dan tinggal di hutan Sumatra.


Beberapa dugaan Orang Pendek sebagai binatang yang telah diketahui :

Banyak penduduk setempat yang menyampaikan bahwa Orang Pendek terlilhat mirip anak kecil, hal itu dibuktikan dengan inovasi cetakan kaki yang mereka temukan ketika berjalan melalui hutan.


Namun, klaim tersebut memicu dugaan lain yang menyebutkan bahwa jejak itu mungkin berasal dari binatang lokal, misalnya beruang madu.


Beruang juga dikenal mempunyai bentuk kaki yang terlihat sangat mirip dengan manusia, dan ukuran beruang madu serupa dengan ukuran seorang anak kecil.


Selain beruang madu, kesalahan identifikasi primata mirip siamang, owa, atau orang Utan, mungkin telah disalahartikan sebagai Orang Pendek.

Owa

Sebagaimana telah diketahui bahwa Siamang memang mendiami daerah hutan di wilayah tersebut, dan terkadang turun ke tanah untuk sekedar berjalan selama beberapa detik dengan kedua kakinya.

Siamang

Dugaan lainnya menyampaikan bahwa Orang Pendek yaitu orangutan, tetapi saksi mata hampir tidak pernah menggambarkan makhluk itu mempunyai bulu orange.

Orangutan

Banyak yang mengusulkan bahwa Orang Pendek bekerjsama mewakili genus primata atau spesies baru, atau juga mungkin subspesies dari orangutan, maupun siamang.

Center for Fortean Zoology yang berbasis di Inggris, telah melaksanakan lima ekspedisi ke Sumatra untuk mencari Orang Pendek. 


Mereka telah menemukan rambut, jejak kaki, mendengar vokalisasi (suara), dan penampakan Orang Pendek yang terjadi pada tahun 2009.

Berdasarkan bentuk cetakan kaki dan analisis rambut terbaru oleh Universitas Copenhagen, mereka mengusulkan bahwa Orang Pendek yaitu spesies gres atau spesies berjalan tegak dari orangutan yang bertempat tinggal di tanah.

(Sumber : Wikipedia)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

loading...

Iklan Bawah Artikel