Ibu Hamil Jangan Makan Keripik, Ini Alasannya
Tuesday, July 2, 2019
Edit
Mengudap cemilan memang enak. Namun ibu-ibu yang sedang hamil sebaiknya menghindarinya. Memakan keripik dan biskuit selama kehamilan sanggup menjadikan duduk kasus kesehatan untuk sang bayi.
Penelitian mengungkapkan, bayi yang lahir sanggup mempunyai berat tubuh yang rendah dibandingkan rata-rata. Dan calon ibu yang mengonsumi kuliner yang banyak mengandung akrilamida, yang banyak ditemukan pada kuliner pada umumnya dan kopi, juga mempunyai lingkar kepala yang kecil.
Ukuran kepala anak dikaitkan dengan neurodevelopment yang tertunda, sementara berat lahir yang rendah dikaitkan dengan imbas kesehatan yang merugikan pada awal kehidupan bawah umur seiring pertumbuhannya.
Menurut para peneliti, bayi yang lahir dari ibu dengan mengonsumsi kuliner yang mengandung akrilamida dengan kadar tinggi ditemukan 132 gram lebih ringan dari bayi yang lahir dari ibu yang sedikit mengonsumsinya.
Efek yang disebabkan oleh akrilamida sebanding dengan berat lahir yang rendah yang disebabkan ibu merokok, kata mereka. Selain itu, kepala bayi juga 0,33 sentimeter lebih kecil.
Akrilamida merupakan materi kimia yang diproduksi secara alami dalam kuliner sebagai akhir dari memasak kuliner yang kaya pati pada suhu tinggi. Seperti dikala memanggang atau menggoreng. Berbagai kuliner rumahan dan kuliner olahan termasuk keripik, roti, dan kopi mengandung akrilamida.
"Peningkatan lingkar kepala merupakan indikasi penting dari pertumbuhan otak dan kelahiran dengan lingkar kepala berkurang telah dikaitkan dengan neurodevelopment yang tertunda.
Menurut peneliti, berat tubuh lahir yang rendah merupakan faktor risiko untuk banyak sekali imbas kesehatan yang merugikan pada awal kehidupan. Kondisi ini dikaitkan dengan hasil yang merugikan di kemudian hari menyerupai perawakan berkurang, meningkatnya penyakit jantung, diabetes mellitus tipe 2, dan osteoporosis.
Para peneliti meneliti teladan makan 1.100 perempuan hamil antara tahun 2006 dan 2010 di Denmark, Inggris, Yunani, Norwegia dan Spanyol.
Mereka memakai kuesioner frekuensi kuliner pada ibu dan juga menyelidiki darah tali sentra setiap bayi yang menawarkan isu wacana tingkat paparan akrilamida selama bulan-bulan terakhir kehamilan.
Profesor John Wright dari Institut Penelitian Kesehatan Bradford, menambahkan: "Penelitian gres ini penting yang memperlihatkan korelasi yang terperinci antara akrilamida dan kesehatan bayi gres lahir," ujarnya.
"Efek akrilamida sebanding dengan imbas jelek dari merokok dalam berat lahir. Saran kami untuk ibu hamil yaitu mengikuti diet seimbang".
Cemilan sejenis keripik pedas dan biskuit sebaiknya dihindari, lantaran berdasarkan para peneliti dari Centre for Research in Environmental Epidemiolgoy (CREAL) di Barcelona, Spanyol, imbas jelek cemilan menyerupai ini sama besarnya dengan kalau ibu hamil merokok.
Ibu hamil dengan asupan senyawa kimia acrylamide yang tinggi (biasa ditemukan dalam kuliner yang bertepung atau kopi) berpotensi menyimpan racun, sehingga cenderung melahirkan bayi dengan berat tubuh rendah dan lingkar kepala yang lebih kecil (rata-rata 0,33 cm lebih kecil).
Ukuran kepala bayi yang gres lahir ada kaitannya dengan perkembangan saraf bayi. Bayi dengan lingkar kepala yang lebih kecil akan berisiko mengalami penundaan perkembangan tubuhnya.
Bayi-bayi yang lahir dari para ibu yang mempunyai asupan acrylamide yang tinggi cenderung mempunyai berat tubuh 132 gram lebih ringan daripada bayi dari ibu yang asupan acrylamide-nya rendah.
"Pengaruh acrylamide itu sebanding dengan efek jelek rokok pada berat tubuh lahir bayi," papar Profesor John Wright dari Bradford Institure for Health Research yang menjadi partner dalam penelitian ini.
Berat tubuh lahir yang rendah selama ini juga kerap dihubungkan dengan sejumlah efek kesehatan yang jelek pada awal masa kanak-kanak, menyerupai tubuh yang lebih pendek, meningkatnya kejadian penyakit jantung, diabets, dan osteoporosis.
Penemuan ini didapatkan sesudah peneliti menguji teladan diet lebih dari 1.000 perempuan hamil di Denmark, Inggris, Yunani, Norwegia, dan Spanyol, antara 2006 dan 2010. Studi yang digelar di 20 sentra penelitian di penjuru Eropa tersebut juga menganalisa 14.000 anak yang lahir di kota Yorkshire, melalui kegiatan yang disebut "Born in Bradford".
"Bayi-bayi tersebut mempunyai tingkat acrylamide tertinggi, hampir dua kali lipat level bayi di Denmark," ujar peneliti CREAL, Dr Marie Pedersen. "Ketika kami menginvestigasinya teladan diet mereka, terlihat bahwa sumber acrylamide terbesar yang mereka asup berasal dari keripik."
Acrylamide yaitu senyawa kimia yang sanggup terbentuk dalam kuliner bertepung melalui proses memasak dengan suhu tinggi (seperti dipanggang atau digoreng). Banyak kuliner rumahan dan kuliner olahan yang mengandung senyawa ini, antara lain keripik pedas, keripik kentang, biskuit manis, dan sereal yang diolah menyerupai biskuit gandum.
Senyawa ini sanggup menimbulkan kanker pada binatang, dan belum ada bukti memberi efek pada manusia.
Meski begitu, efeknya yang merugikan pada kesehatan bayi gres lahir menimbulkan tim peneliti menyarankan ibu hamil untuk tidak terlalu sering ngemil keripik dan kuliner lain yang tinggi acrylamide. Produsen kuliner pun didorong untuk mengurangi kadar acrylamide pada produk-produk mereka.
Penelitian mengungkapkan, bayi yang lahir sanggup mempunyai berat tubuh yang rendah dibandingkan rata-rata. Dan calon ibu yang mengonsumi kuliner yang banyak mengandung akrilamida, yang banyak ditemukan pada kuliner pada umumnya dan kopi, juga mempunyai lingkar kepala yang kecil.
Ukuran kepala anak dikaitkan dengan neurodevelopment yang tertunda, sementara berat lahir yang rendah dikaitkan dengan imbas kesehatan yang merugikan pada awal kehidupan bawah umur seiring pertumbuhannya.
Menurut para peneliti, bayi yang lahir dari ibu dengan mengonsumsi kuliner yang mengandung akrilamida dengan kadar tinggi ditemukan 132 gram lebih ringan dari bayi yang lahir dari ibu yang sedikit mengonsumsinya.
Efek yang disebabkan oleh akrilamida sebanding dengan berat lahir yang rendah yang disebabkan ibu merokok, kata mereka. Selain itu, kepala bayi juga 0,33 sentimeter lebih kecil.
Akrilamida merupakan materi kimia yang diproduksi secara alami dalam kuliner sebagai akhir dari memasak kuliner yang kaya pati pada suhu tinggi. Seperti dikala memanggang atau menggoreng. Berbagai kuliner rumahan dan kuliner olahan termasuk keripik, roti, dan kopi mengandung akrilamida.
"Peningkatan lingkar kepala merupakan indikasi penting dari pertumbuhan otak dan kelahiran dengan lingkar kepala berkurang telah dikaitkan dengan neurodevelopment yang tertunda.
Menurut peneliti, berat tubuh lahir yang rendah merupakan faktor risiko untuk banyak sekali imbas kesehatan yang merugikan pada awal kehidupan. Kondisi ini dikaitkan dengan hasil yang merugikan di kemudian hari menyerupai perawakan berkurang, meningkatnya penyakit jantung, diabetes mellitus tipe 2, dan osteoporosis.
Para peneliti meneliti teladan makan 1.100 perempuan hamil antara tahun 2006 dan 2010 di Denmark, Inggris, Yunani, Norwegia dan Spanyol.
Mereka memakai kuesioner frekuensi kuliner pada ibu dan juga menyelidiki darah tali sentra setiap bayi yang menawarkan isu wacana tingkat paparan akrilamida selama bulan-bulan terakhir kehamilan.
Profesor John Wright dari Institut Penelitian Kesehatan Bradford, menambahkan: "Penelitian gres ini penting yang memperlihatkan korelasi yang terperinci antara akrilamida dan kesehatan bayi gres lahir," ujarnya.
"Efek akrilamida sebanding dengan imbas jelek dari merokok dalam berat lahir. Saran kami untuk ibu hamil yaitu mengikuti diet seimbang".
Risiko Ibu Hamil Kalau Kebanyakan Makan Keripik
Ketika sedang hamil, para perempuan biasanya berusaha mengatur teladan makannya lebih sehat. Ketika kelaparan dan ingin ngemil pun, sebaiknya pilih cemilan yang lebih sehat.Cemilan sejenis keripik pedas dan biskuit sebaiknya dihindari, lantaran berdasarkan para peneliti dari Centre for Research in Environmental Epidemiolgoy (CREAL) di Barcelona, Spanyol, imbas jelek cemilan menyerupai ini sama besarnya dengan kalau ibu hamil merokok.
Ibu hamil dengan asupan senyawa kimia acrylamide yang tinggi (biasa ditemukan dalam kuliner yang bertepung atau kopi) berpotensi menyimpan racun, sehingga cenderung melahirkan bayi dengan berat tubuh rendah dan lingkar kepala yang lebih kecil (rata-rata 0,33 cm lebih kecil).
Ukuran kepala bayi yang gres lahir ada kaitannya dengan perkembangan saraf bayi. Bayi dengan lingkar kepala yang lebih kecil akan berisiko mengalami penundaan perkembangan tubuhnya.
Bayi-bayi yang lahir dari para ibu yang mempunyai asupan acrylamide yang tinggi cenderung mempunyai berat tubuh 132 gram lebih ringan daripada bayi dari ibu yang asupan acrylamide-nya rendah.
"Pengaruh acrylamide itu sebanding dengan efek jelek rokok pada berat tubuh lahir bayi," papar Profesor John Wright dari Bradford Institure for Health Research yang menjadi partner dalam penelitian ini.
Berat tubuh lahir yang rendah selama ini juga kerap dihubungkan dengan sejumlah efek kesehatan yang jelek pada awal masa kanak-kanak, menyerupai tubuh yang lebih pendek, meningkatnya kejadian penyakit jantung, diabets, dan osteoporosis.
Penemuan ini didapatkan sesudah peneliti menguji teladan diet lebih dari 1.000 perempuan hamil di Denmark, Inggris, Yunani, Norwegia, dan Spanyol, antara 2006 dan 2010. Studi yang digelar di 20 sentra penelitian di penjuru Eropa tersebut juga menganalisa 14.000 anak yang lahir di kota Yorkshire, melalui kegiatan yang disebut "Born in Bradford".
"Bayi-bayi tersebut mempunyai tingkat acrylamide tertinggi, hampir dua kali lipat level bayi di Denmark," ujar peneliti CREAL, Dr Marie Pedersen. "Ketika kami menginvestigasinya teladan diet mereka, terlihat bahwa sumber acrylamide terbesar yang mereka asup berasal dari keripik."
Acrylamide yaitu senyawa kimia yang sanggup terbentuk dalam kuliner bertepung melalui proses memasak dengan suhu tinggi (seperti dipanggang atau digoreng). Banyak kuliner rumahan dan kuliner olahan yang mengandung senyawa ini, antara lain keripik pedas, keripik kentang, biskuit manis, dan sereal yang diolah menyerupai biskuit gandum.
Senyawa ini sanggup menimbulkan kanker pada binatang, dan belum ada bukti memberi efek pada manusia.
Meski begitu, efeknya yang merugikan pada kesehatan bayi gres lahir menimbulkan tim peneliti menyarankan ibu hamil untuk tidak terlalu sering ngemil keripik dan kuliner lain yang tinggi acrylamide. Produsen kuliner pun didorong untuk mengurangi kadar acrylamide pada produk-produk mereka.