Dampak Penggunaan Bahasa Alay Pada Cukup Umur Indonesia
Sunday, March 24, 2019
Edit
Dampak Penggunaan Bahasa Alay pada Remaja Indonesia - Bahasa ialah arahan yang merupakan adonan fonem sehingga membentuk kata dengan hukum sintaksis untuk membentuk kalimat yang mempunyai arti. Bahasa merupakan alat yang sangat tidak memadai untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers). Munculnya bahasa alay merupakan bahaya yang cukup serius pada penggunaan bahasa verbal dan tulis. Terkadang penggunaan bahasa verbal tidak terlalu disorot, sebab merupakan bahasa percakapan sehari-hari, meski demikian pada situasi formal penggunaan bahasa verbal yang kurang baik akan menimbulkan kesan kurang baik pada penggunanya. Seseorang terbiasa menggunakan qu,u akan cenderung sulit menggunakan kata saya, anda. Banyak Remaja yang lancar dalam penggunaan bahasa alay, tetapi kesulitan dalam berbahasa Indonesia. Contohnya, mereka lebih nyaman menggunakan kata Binund (bingung) yang berarti ayah dan ibu, kemudian ada lagi penggunaan kata dimana menjadi dimandose.
Bahasa Alay berdasarkan Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Tentu saja itu mustahil digunakan ke pihak di luar komunitas mereka contohnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi persoalan bila digunakan dalam komunikasi massa sebab lambang yang mereka pakai tidak sanggup dipahami oleh segenap khayalak media massa atau digunakan dalam komunikasi formal secara tertulis.
Sedangkan berdasarkan Irni Ristika[3][3] :
Bahasa alay itu ialah variasi bahasa yang muncul sebab adanya komunitas belum dewasa remaja/muda. Alay ialah abreviasi dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling populer ialah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay ialah tanda-tanda yang dialami perjaka dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian mereka.
Istilah alay hadir sesudah di facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. Hingga kini belum ada definisi yang niscaya ihwal istilah ini, namun bahasa ini kerap digunakan untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay bukan suara yang dipentingkan tapi variasi tulisan.”
Menurut Koentjaraningrat, alay ialah tanda-tanda yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin diakui statusnya. Gejala ini akan mengubah gaya penulisan serta komunikasi secara lisan. Sedangkan bahasa alay berdasarkan Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik. Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi persoalan jikalau digunakan dalam komunikasi massa atau digunakan dalam komunikasi secara tertulis. Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik. Yaitu bahasa yang digunakan oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para hebat bahasa, tetapi juga hebat sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup dan berkemban sebab fenomena sosial tertentu.
Munculnya SMS (Short Message Service) dirasa menjadi cikal munculnya bahasa tulis yang menyimpang. Bermula dari kata-kata yang disingkat, akibatnya menimbulkan abreviasi kata yang menyimpang dari kata yang dimaksud. Munculnya jejaring sosialseperti friendster, facebook, dan twitter, mendorong kian maraknya penggunaan bahasa alay di Indonesia, sebab dari jejaring sosial tersebut juga muncul kosakata baru.
Ini ialah citra tentang bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada cukup umur Indonesia :
1. Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).
2. Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kau jahat).
3. Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa abjad menyerupai “s” dengan dua abjad tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih sanggup dibaca. Mengganti abjad “s” dengan “c” sehingga menyerupai balita berbicara. Contoh:, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
4. menggunakan singkatan-singkata kata : semangka (semangat kaka), stw (santai wae), otw ( on the way)
5. mengubah abjad vokal atau konsonan menjadi kata yang bernada lebih rendah : semangat – cemungud.
6. Menganti abjad dengan angka maupun tanda-tanda dalam bacaan. Contoh huruf
i diganti !/1 (pap!),
Penggunaan bahasa alay sanggup mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal, di sekolah atau di daerah kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan dibiasakannya seseorang menggunakan bahasa alay, maka sanggup menyulitkan diri sendiri, misalnya dalam menciptakan goresan pena ilmiah seseorang akan kesulitan menulis dikarenakan telah terbiasa menggunakan bahasa alay, dan yang lebih memprihatinkan lagi hingga ketika ini belum ada yang pernah mencapai nilai tepat dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dampak nyata dengan digunakannya bahasa Alay ialah cukup umur menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau penemuan bahasa yang muncul. Asalkan digunakan pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
Dampak negatif lainnya, sanggup mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, sebab tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan sehari – hari ini mempunyai efek negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut ini :
1. Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
2. Masyarakat Indonesia tidak menggunakan lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya sebab merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Dulu anak – anak kecil sanggup menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi kini anak kecil lebih menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil orang bau tanah dengan sebutan ayah atau ibu, tapi kini anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan sebutan bokap atau nyokap.
5. Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya abjad awal saja yang diberi abjad kapital, dan tidak ada penggantian abjad menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.”
Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan cukup umur bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa remi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.
Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?
Ø Yang pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan EYD.
Ø Yang kedua, pada ketika berkomunikasi kita harus sanggup membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita sanggup menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik supaya bahasa alay tidak mendominasi kosakata yang kita miliki.
Ø Yang ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan goresan pena yang aneh. Seperti abreviasi kata yang menjadi “yg”dan bukan “yank”, disamping gampang membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak menciptakan si akseptor pesan merasa kebingungan membaca goresan pena kita.
Ø Yang keempat, banyak membaca goresan pena yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat goresan pena yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
Ø Yang kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, sebab banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini ialah salah satu wujud gembira terhadap bahasa kita.
sumber: duniafreak.blogspot.com/search?q=dampak-penggunaan-bahasa-alay-pada
Bahasa Alay berdasarkan Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Tentu saja itu mustahil digunakan ke pihak di luar komunitas mereka contohnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi persoalan bila digunakan dalam komunikasi massa sebab lambang yang mereka pakai tidak sanggup dipahami oleh segenap khayalak media massa atau digunakan dalam komunikasi formal secara tertulis.
Sedangkan berdasarkan Irni Ristika[3][3] :
Bahasa alay itu ialah variasi bahasa yang muncul sebab adanya komunitas belum dewasa remaja/muda. Alay ialah abreviasi dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling populer ialah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay ialah tanda-tanda yang dialami perjaka dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian mereka.
Istilah alay hadir sesudah di facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. Hingga kini belum ada definisi yang niscaya ihwal istilah ini, namun bahasa ini kerap digunakan untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay bukan suara yang dipentingkan tapi variasi tulisan.”
Menurut Koentjaraningrat, alay ialah tanda-tanda yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin diakui statusnya. Gejala ini akan mengubah gaya penulisan serta komunikasi secara lisan. Sedangkan bahasa alay berdasarkan Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik. Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi persoalan jikalau digunakan dalam komunikasi massa atau digunakan dalam komunikasi secara tertulis. Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik. Yaitu bahasa yang digunakan oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para hebat bahasa, tetapi juga hebat sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup dan berkemban sebab fenomena sosial tertentu.
Munculnya SMS (Short Message Service) dirasa menjadi cikal munculnya bahasa tulis yang menyimpang. Bermula dari kata-kata yang disingkat, akibatnya menimbulkan abreviasi kata yang menyimpang dari kata yang dimaksud. Munculnya jejaring sosialseperti friendster, facebook, dan twitter, mendorong kian maraknya penggunaan bahasa alay di Indonesia, sebab dari jejaring sosial tersebut juga muncul kosakata baru.
Ini ialah citra tentang bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada cukup umur Indonesia :
1. Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).
2. Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kau jahat).
3. Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa abjad menyerupai “s” dengan dua abjad tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih sanggup dibaca. Mengganti abjad “s” dengan “c” sehingga menyerupai balita berbicara. Contoh:, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
4. menggunakan singkatan-singkata kata : semangka (semangat kaka), stw (santai wae), otw ( on the way)
5. mengubah abjad vokal atau konsonan menjadi kata yang bernada lebih rendah : semangat – cemungud.
6. Menganti abjad dengan angka maupun tanda-tanda dalam bacaan. Contoh huruf
i diganti !/1 (pap!),
Penggunaan bahasa alay sanggup mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal, di sekolah atau di daerah kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan dibiasakannya seseorang menggunakan bahasa alay, maka sanggup menyulitkan diri sendiri, misalnya dalam menciptakan goresan pena ilmiah seseorang akan kesulitan menulis dikarenakan telah terbiasa menggunakan bahasa alay, dan yang lebih memprihatinkan lagi hingga ketika ini belum ada yang pernah mencapai nilai tepat dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dampak nyata dengan digunakannya bahasa Alay ialah cukup umur menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau penemuan bahasa yang muncul. Asalkan digunakan pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
Dampak negatif lainnya, sanggup mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, sebab tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan sehari – hari ini mempunyai efek negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut ini :
1. Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
2. Masyarakat Indonesia tidak menggunakan lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya sebab merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Dulu anak – anak kecil sanggup menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi kini anak kecil lebih menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil orang bau tanah dengan sebutan ayah atau ibu, tapi kini anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan sebutan bokap atau nyokap.
5. Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya abjad awal saja yang diberi abjad kapital, dan tidak ada penggantian abjad menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.”
Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan cukup umur bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa remi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.
Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?
Ø Yang pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan EYD.
Ø Yang kedua, pada ketika berkomunikasi kita harus sanggup membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita sanggup menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik supaya bahasa alay tidak mendominasi kosakata yang kita miliki.
Ø Yang ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan goresan pena yang aneh. Seperti abreviasi kata yang menjadi “yg”dan bukan “yank”, disamping gampang membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak menciptakan si akseptor pesan merasa kebingungan membaca goresan pena kita.
Ø Yang keempat, banyak membaca goresan pena yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat goresan pena yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
Ø Yang kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, sebab banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini ialah salah satu wujud gembira terhadap bahasa kita.
sumber: duniafreak.blogspot.com/search?q=dampak-penggunaan-bahasa-alay-pada