Legenda Steller's Sea Cow (Sapi Maritim Steller)
Saturday, April 6, 2019
Edit
Steller's sea cow atau sapi bahari steller (Hydrodamalis gigas) ialah mamalia sirenia besar yang telah punah dan sebelumnya sanggup ditemukan di bahari Bering.
Steller's sea cow dinamai sesudah naturalis berjulukan Georg Wilhelm Steller menemukan spesies tersebut di tahun 1741 pada ekspedisi Vitus Bering di pulau Bering.
Georg Wilhelm Steller |
Steller's sea cow remaja sanggup tumbuh hingga sepanjang 26-30 kaki (8 hingga 9 meter), jauh lebih besar daripada sirenia yang masih ada.
Berdasarkan ukuran tersebut, Steller's sea cow dikenal sebagai salah satu mamalia terbesar selama periode holosen, selain dari ikan paus.
Ukuran besarnya kemungkinan sebagai pembiasaan terhadap lingkungan yang cuek dan untuk menghemat panas sehingga mereka tetap hangat walaupun berada di kawasan beriklim dingin.
Tidak mirip sirenia lainnya, Steller's sea cow sudah niscaya selalu mengapung di permukaan air, dengan kata lain makhluk itu tidak sanggup benar-benar menenggelamkan tubuhnya secara sepenuhnya ke dalam air, sehingga sangat gampang sekali diburu oleh manusia.
Steller's sea cow mempunyai kulit luar sangat tebal sekitar 1 inci, untuk mencegah cedera dari batuan dan es tajam dan mempunyai lapisan lemak setebal 8-10 cm, sebagai pembiasaan lain terhadap iklim cuek di bahari Bering.
Pupolasi kecil Steller's sea cow hidup di perairan Arktik di sekitar pulau Bering dan di akrab pulau Medny. Namun, alasannya ialah kedatangan manusia, mereka hidup di pantai Pasifik Utara.
Kulitnya berwarna hitam kecoklatan, sepanjang bab belakangnya halus dan menjadi berangasan pada sisi-sisinya, dengan semacam kawah atau lubang yang tampaknya diakibatkan oleh parasit.
Rambut pada tubuhnya jarang (atau tipis), tetapi di bab dalam siripnya ditutupi oleh semacam bulu. Bagian depan tubuhnya yang berangasan mempunyai panjang 67 cm, dan ekornya bercabang dua.
Kepala Steller's sea cow cenderung berukuran kecil dan pendek, dibandingkan dengan tubuhnya yang sangat besar. Mereka juga tidak mempunyai gigi, namun mempunyai serangkaian bulu pendek yang kaku di bibir atasnya, dan dua lapisan keratin di dalam mulutnya untuk mengunyah.
Tidak diketahui apakah Steller's sea cow mempunyai predator alami.
Mereka mungkin telah diburu oleh paus pembunuh dan ikan hiu, meskipun daya apungnya sanggup menyulitkan paus pembunuh untuk menenggelamkannya, dan tempat di mana Steller's sea cow tinggal mempunyai hutan karang berbatu, yang sanggup menghalangi serangan ikan hiu, namun mereka sanggup dengan gampang terlihat oleh pemburu insan dikarenakan tubuhnya yang sangat besar.
Menurut Steller, Steller's sea cow remaja menjaga yang lebih muda dari serangan predator.
Steller's sea cow ialah herbivora (seperti dugong dan manatee yang masih hidup hingga dikala ini), dan menghabiskan sebagaian besar waktunya dalam sehari untuk makan, dan hanya mengangkat kepalanya setiap 4 hingga 5 menit untuk bernafas.
Kelp (rumput bahari besar) ialah sumber masakan utama mereka, menyebabkan mereka sebagai hewan pemakan alga.
Steller's sea cow akan kawin dan melahirkan anaknya di dalam air, sebagaimana mereka tidak pernah pergi ke daratan.
Steller menggambarkan bahwa Steller's sea cow sebagai makhluk dengan tingkat sosial yang tinggi. Mereka hidup dalam kelompok keluarga kecil dan membantu anggota lain yang terluka, dan mereka juga merupakan hewan bersifat monogami (setia kepada satu pasangan).
Steller's sea cow berusia muda akan berada di depan kawanan sebagai pertolongan terhadap predator.
Steller melaporkan bahwa ketika seekor betina ditangkap, sekelompok Steller's sea cow lainnya menyerang bahtera pemburu dengan menyeruduk dan menggoyangkannya.
Kemudian, pasangan si betina itu mengikuti bahtera menuju pantai, bahkan sesudah si betina dalam kondisi mati.
Steller's sea cow ialah anggota genus Hydrodamalis, kelompok sirenia besar.
Mereka juga ialah anggota keluarga Dugongidae. Kerabat hidup terdekat mereka sekaligus anggota keluarga yang masih bertahan hidup hingga dikala ini ialah dugong (Dugong dugon).
Sejarah penemuan
Sapi bahari Steller ditemukan pada pertengahan masa ke-18 (1714) oleh Georg Wilhelm Steller dan dinamai sesuai namanya (Steller).
Steller meneliti kehidupan liar di pulau Bering ketika tenggelam di pulau tersebut selama sekitar satu tahun.
Rekonstruksi Steller mengukur seekor sea cow di tahun 1742 (Stejneger's 1925) |
Sapi bahari Steller ialah herbivora besar yang mempunyai penampilan mirip anjing laut, dengan ekor ibarat ekor ikan paus.
"Binatang itu tidak pernah keluar menuju pantai, tapi selalu hidup di dalam air. Kulitnya hitam dan tebal, mirip kulit pohon dari pohon oak tua. Kepalanya kecil dibandingkan dengan tubuhnya, (binatang) itu tidak mempunyai gigi, tetapi hanya mempunyai dua tulang datar berwarna putih, satu di atas, yang lainnya di bawah."
Binatang di pulau itu termasuk populasi relik dari ikan duyung, berang-berang laut, singa bahari steller, dan anjing bahari (northern fur seal).
Observasi Steller mengenai sikap Steller's sea cow di pulau tersebut di dokumentasikan dalam publikasi anumerta miliknya The Beast of the Sea atau De bestiis marinis, yang diterbitkan pada 1751 oleh Russian Academy of Sciences di Saint Petersburg.
Zoologist, Eberhard von Zimmermann secara resmi mendeskripsikan Steller's sea cow pada tahun 1780 sebagai Manati gigas.
Pada tahun 1794, biologis Anders Jahan Retzius menempatkan hewan itu ke dalam genus gres Hydrodamalis, dengan nama khusus stelleri, sebagai bentuk penghormatan kepada Steller.
Pada 1811, naturalis Johann Karl Wilhelm Illiger reklasifikasi Steller's sea cow ke dalam genus Rytina. Hingga hasilnya pada tahun 1895, Theodore Sherman Palmer memakai nama Hydrodamalis gigas untuk spesies ini.
The Pallas Picture : satu-satunya gambar yang masih bertahan dari Steller's sea cow oleh Friedrich Plenisner dan mungkin satu-satunya yang diambil menurut spesimen(1840) |
Evolusi dari genus Hydrodamalis ditandai dengan ukuran yang lebih besar, kehilangan gigi, dan ruas kaki (tulang jari) sebagai respon terhadap glasiasi kuarter (pembekuan yang terjadi pada masa kuarter dari masa 2,58 juta tahun yang kemudian hingga dikala ini).
Sapi bahari (sea cow) diperkirakan telah punah alasannya ialah glasiasi tersebut dan pendinginan Samudra. Banyak populasi yang mati, namun garis keturunannya bisa mengikuti keadaan dengan suhu yang lebih dingin.
Dalam waktu 27 tahun sesudah ditemukan oleh manusia, Steller's sea cow yang bertubuh besar, bergerak lambat dan gampang ditangkap itu terus diburu hingga punah.
Mereka dibunuh oleh para pelaut, pemburu anjing laut, dan pedagang bulu yang mengikuti rute Bering ke Alaska, memburu mereka untuk masakan dan kulitnya dipakai untuk menciptakan kapal.
Steller's sea cow juga diburu untuk lemaknya yang tidak hanya dipakai untuk makanan, tetapi juga sebagai lampu minyak, alasannya ialah tidak mengeluarkan asap atau bau, dan sanggup disimpan dalam waktu usang pada udara hangat.
Steller's sea cow terakhir kabarnya mati di salah satu pulau Bering pada tahun 1768.
Manusia merupakan salah satu jawaban kepunahan sapi bahari Steller.
Tulang pertama dari Steller's sea cow digali sekitar tahun 1840, lebih dari 70 tahun sesudah dianggap telah punah, sedangkan kerangka pertama ditemukan pada tahun 1885 di bab utara pulau Bering.
Spesimen tersebut dikirim ke Saint Petersburg pada 1857, dan kerangka hampir lengkap lainnya tiba di Moskow sekitar tahun 1860.
Walaupun telah dianggap punah semenjak tahun 1768, segera sesudah kepunahan tersebut, terdapat banyak penampakan yang diduga sebagai penampakan Steller's sea cow yang masih bertahan hidup.
Ahli zoologi, Bernard Heuvelmans ialah salah satu yang mengakui fakta bahwa Steller's sea cow mungkin belum benar-benar punah.
Ahli biologi kelautan, Bret Weinstein dan James Patton dari University of California telah mencatat bahwa terdapat laporan tidak terang perihal Steller's sea cow yang tiba dari sepanjang barat bahari pantai Amerika utara, pantai timur bahari Asia, Samudra Arktik dan Greenland.
Jika laporan semacam itu tidak diabaikan, maka Hydramalis gigas stelleri, atau subspesiesnya mungkin masih hidup hingga dikala ini.
Menurut Lucien Turner, seorang etnologis dan naturalis Amerika, penduduk orisinil Pulau Attu melaporkan bahwa hewan itu bertahan hidup hingga tahun 1800an, dan terkadang masih diburu oleh penduduk setempat.
Pada masa ke-19, seorang naturalis Polandia yakin bahwa Steller's sea cow telah berhasil bertahan hidup setidaknya hingga tahun 1830.
Penduduk orisinil juga melaporkan bahwa hewan itu tercatat masih hidup di sana dan di kepulauan Aleut pada pertengahan masa ke-19.
Pada tahun 1910, Steller's sea cow diduga telah terdampar di pantai Cape Chaplin, pada ujung utara teluk Anadyr, Siberia.
Pada pertengahan masa tersebut, seorang pelempar tombak melaporkan secara teratur penampakan hewan tidak bersirip berukuran 32 kaki (9,7 meter) tidak jauh dari pulau Bering setiap tahun pada bulan Juli.
Pada tahun 1962, kru penangkap ikan paus Rusia mengamati sebuah kelompok yang tampak mirip sekelompok Steller's sea cow.
Pada tahun 1963, USSR's Academy of Sciences menerbitkan sebuah artikel yang mengumumkan kemungkinan penampakan hewan tersebut.
Pada tahun sebelumnya, kapal penangkap ikan paus Buran melaporkan sekelompok mamalia bahari besar sedang memakan rumput bahari di air dangkal Kamchatka, di teluk Anadyr.
Kru kapal tersebut melaporkan telah melihat enam dari hewan tersebut yang berukuran mulai dari 6 hingga 8 meter dengan belalai dan bibir terbelah.
Pada tahun 1976, nelayan Rusia berjalan dan menyentuh Steller's sea cow hidup di teluk Anapkinskaya pada musum panas, meskipun sebuah spekulasi menyampaikan bahwa itu ialah gajah bahari utara.
Pada tahun 1983, kerangka yang diduga milik Steller's sea cow ditemukan di pulau Soviet.
Pada animo panas tahun 2006, seorang nelayan mengklaim telah melihat manatee berukuran sangat besar di lepas pantai Washington.
"Terdapat beberapa penampakan dan penangkapan tidak biasa di sepanjang lepas pantai Washington animo panas ini, namun tidak ada yang lebih absurd dibandingkan dengan penampakan seekor manatee."
"Ketika memancing untuk ikan tuna pada arah sejajar menuju Big Dipper, sekitar 40 mil dari lepas pantai, saya mendapatkan panggilan radio dari seorang nakhoda bahtera lain. Sebagai rasa hormat terhadap sesama nelayan, nakhoda tersebut meminta untuk tetap anonim."
"Dia mengatakan, 'apakah kau melihat itu? itu ialah manatee. itu lebih besar daripada seekor singa bahari dan panjangnya sekitar 12 kaki (3,6 meter). Awalnya saya tidak tahu apa itu, tapi kami melaju lebih akrab ke arah itu dan saya sanggup melihat pribadi dengan mata saya."
"Saya kemudian tahu persis apa itu, (binatang) itu membisu di permukaan air sekitar dua menit, tanpa rasa takut, dan kemudian tergelincir (meluncur) menuju ke dalam air."
"Ketika saya dan saudara saya yang juga berada dalam bahtera tiba di rumah, kami segera menyalakan komputer dan berhenti pada gambar seekor manatee, dan itu ialah mamalia sama yang telah kami lihat pada sore itu. Saya akan mengingat (kejadian) itu hingga hari saya mati bahwa itu ialah seekor manatee."
Pada tahun 2006, sebanyak 27 kerangka Steller's sea cow hampir lengkap dan 62 tengkorak lengkap berhasil ditemukan.
Kerangka Steller's sea cow di Smithsonian's National Museum of Natural History di Washington, D.C |
Kerangka Steller's sea cow di Museum of Natural History Finlandia |
Beberapa penampakan Steller's sea cow tersebut mungkin terjadi alasannya ialah kesalahan identifikasi dari mamalia bahari Arktik mirip narwhal atau paus bertanduk (Monodon monoceros) dan gajah bahari utara (Mirounga angustirostris).
(Sumber : Wikipedia, allcryptid.wikia)